loading...

Simpenem Injeksi

16:23
SIMPENEM®
Serbuk injeksi steril i.v.
Meropenem 1g

KOMPOSISI
Tiap vial SIMPENEM® mengandung meropenem trihydrate 1,3344 g setara dengan meropenem 1 g

CARA KERJA OBAT 
Farmakodinamik
Meropenem adalah antibiotik karbapenem untuk penggunaan parenteral, relatif stabil terhadap dehidropeptidase-1 (DHP-1) manusia karena itu tidak diperlukan penambahan penghambat DHP-1. Efek bakterisidal meropenem adalah dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Dengan kemampuannya menembus dinding sel bakteri, meropenem mempunyai tingkat stabilitas yang tinggi terhadap semua β-laktamase serine dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap Penicilline Binding Proteins (PBP's). Hal-hal tersebut menjelaskan efek bakterisidal yang poten dan spektrum lebar dari meropenem terhadap bakteri aerob dan anaerob. Kadar bakterisidal minimal (Minimum Bactericidal Concentration, MBC) pada umumnya sama dengan Kadar Hambat Minimal (Minimum Inhibitory Concentretion, MIC). Pada 76% tes bakteri, rasio MBC : MIC adalah ‹ 2.
Meropenem, bersifat stabil pada tes-tes kepekaan dengan menggunakan metode rutin. Pada uji in-vitro meropenem menunjukkan efek yang sinergis dengan antibiotik-antibiotik lain. Meropenem juga menunjukkan efek pasca-antibiotik (post-antibiotic effect) melalui uji in-vitro maupun in-vivo.

Kriteria sensitivitas atau kepekaan kuman didasarkan atas sifat farmakokinetik dan korelasi antara efek klinis dan mikrobiologi dengan metode diameter zona dan MIC dari organisme-organisme penyebab infeksi.

Kategori
Metode pemeriksaan
Diameter Zona (mm)
MIC breakpoint (mg/L)
Peka
≥ 14
≤ 14
Intermediet
12 - 13
8
Resisten
≤ 11
≥ 16

Spektrum antimikroba secara in-vitro dari meropenem termasuk yang signifikan secara klinis yaitu bakteri gram positif, gram negatif, aerob, dan anaerob adalah:

BAKTERI AEROB GRAM POSITIF:
Bacillus spp., Corynebacterium diphteriae, Enterococcus faecalis, Enterococcus liquifaciens, Enterococcus avium, Listeria monocytogenes, Lactobacillus spp., Nocardia asteroides, Staphylococcus aureus (penicilinase negative and positive), Staphylococci-coagulase negative, termasuk Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus capitis, Staphylococcus cohnii, Staphylococcus xylosus, Staphylococcus warneri, Staphylococcus hominis, Staphylococcus simulans, Staphylococcus intermedius, Staphylococcus sciuri, Staphylococcus lugdunensis, Streptococcus pneumoniae (penicilinase susceptible and resistant), Streptococcus agalactiae, Streptococcus pyogenes, Streptococcus equi, Streptococcus bovis, Streptococcus mitis, Streptococcus mitior, Streptococcus milleri, Streptococcus sanguis, Streptococcus viridans, Streptococcus salivarius, Streptococcus morbillorum, Streptococcus group G, Streptococcus group F, Rhodococcus equi.

BAKTERI AEROB GRAM NEGATIF:
Achromobacter xylosoxidans, Acinetobacter anitratus, Acinetobacter iwoffii, Acinetobacter baumannii, Aeromonas sorbria, Aeromonas caviae, Alcaligenes faecalis, Bordetella bronchiseptica, Brucella melitensis, Campylobacter coli, Campylobacter jejuni, Citrobacter freundii, Citrobecter diversus, Citrobacter koseri, Citrobacter amalonaticus, Enterobacter aerogenes, Enterobacter (Pantoea) agglomerans, Enterobacter cloacae, Enterobacter sakazakii, Escherichia coli, Escherichia hermannii, Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae (termasuk β-laktamase positif dan strain resisten ampicillin), Haemophilus para influenzae, Haemophilus ducreyi, Helicobacter pylori, Neisseria meningitidis, Neisseria gonorrhoeae, (termasuk β-laktamase positif, resisten penicillin dan strain resisten spectinomycin), Hafnia alvei, Klebsiella pneumoniae, Klebsiella aerogenes, Klebsiella ozaenae, Klebsiella oxytoca, Moraxella (Branhamella) catarrhalis, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris, Proteus penneri, Providencia rettgeri, Providencia stuartii, Providencia alcalifaciens, Pasteurella multocida, Plesiomonas shigelloides, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas acidovorans, Salmonella spp., termasuk Salmonella enteriditis/typhi, Serratia marcescens, Serratia liquefaciens, Serratia rubidaea, Shigella flexneri, shigella boydii, Shigella dysenteriae, Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus, vibrio vulnificus, Yersinia enterocolitica.

BAKTERI ANAEROB
Actinomyces odontolyticus, Actinomyces meyeri, Bacteroides spp., Prevotella spp., Porphyromonas spp., Bacteroides fragilis, Bacteroides vulgatus, Bacteroides variabilis, Bacteroides pneumosintes, Bacteroides coagulans, Bacteroides uniformis, Bacteroides distasonis, Bacteroides ovatus, Bacteroides thetaiotaomicron, Bacteroides eggerthii, Bacteroides capsillosis, Prevotella buccalis, Bacteroides gracilis, Prevotella melaninogenica, Prevotella intermedia, Prevotella bivia, Prevotella splanchnicus, Prevotella oralis, Prevotella disiens, Prevotella rumenicola, Bacteroides ureolyticus,
Prevotella oris, Prevotella buccae, Prevotella denticola, Bacteroides levii, Porphyramonas asaccharolytica, Bifidobacterium spp., Bilophila wadsworthia, Clostridium perfringens, Clostridium bifermentans, Clostridium ramosum, Clostridium sporogenes, Clostridium cadaveris, Clostridium sordellii, Clostridium butyricum, Clostridium clostridiiformis, Clostridium innocuum, Clostridium subterminale, Clostridium tertium, Eubacterium lentum, Eubacterium aerofaciens, Fusobacterium mortiferum, Fusobacterium necrophorum, Fusobacterium nucleatum, Fusobacterium varium, Mobiluncus curtisii, Mobiluncus mulieris, Peptostreptococcus anaerobius, Peptostreptococcus micros, Peptostreptococcus magnus, Peptostreptococcus saccharolyticus, Peptococcus saccharolyticus, Peptostreptococcus assaccharolyticus, Peptostreptococcus magnus, Peptostreptococcus prevotii, Propionibacterium acnes, Propionibacterium avidum, Propionibacterium granulosum, Stenotrophomonas maltophilia, Enterococcus faecium dan Staphylococci yang resisten terhadap methicillin.

Farmakokinetik
Dalam 30 menit pemberian meropenem dosis tunggal secara infus i.v. pada relawan sehat menghasilkan kadar puncak dalam plasma kurang lebih 11 μg/ml dengan dosis 250 mg, 23 μg/ml dengan dosis 500 mg, dan 49 μg/ml dengan dosis 1 g. Tetapi tidak terdapat nilai absolut farmakokinetik yang proporsional antara dosis dengan nilai Cmax dan AUC. Selain itu terdapat data berupa penurunan klirens plasma dari 287 menjadi 205 ml/menit pada rentang dosis 250 mg - 2 g.
Kadar puncak yang dicapai setelah pemberian bolus meropenem dalam 5 menit pada relawan sehat adalah 52 μg/ml dengan dosis 500 mg dan 112 μg/ml dengan dosis 1 g. Melalui pemberian infus 1 g meropenem dalam 2 menit; 3 menit dan 5 menit menghasilkan kadar puncak berturut-turut adalah 110 μg/ml; 91 μg/ml; dan 94 μg/ml. Setelah 6 jam pemberian 500 mg meropenem i.v., terjadi penurunan kadar plasma meropenem menjadi 1 μg/ml. Dengan pemberian meropenem berulang dengan interval 8 jam pada relawan dengan fungsi ginjal normal tidak terjadi akumulasi.

Pada subyek dengan fungsi ginjal normal, waktu paruh meropenem adalah kurang lebih 1 jam. Ikatan protein plasma meropenem adalah ± 2%.
Dalam 12 jam, ± 70% meropenem diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh. Konsentrasi meropenem dalam urin sebesar 10 μg/ml selama 5 jam setelah pemberian 500 mg. Tidak terjadi akumulasi dalam plasma maupun urin setelah pemberian 500 mg meropenem setiap 8 jam maupun 1 g meropenem setiap 6 jam pada relawan sehat.
Meropenem terdistribusi dengan baik ke berbagai cairan dan jaringan tubuh termasuk cairan serebrospinal pada penderita meningitis bakteri, yang dapat mencapai konsentrasi memadai untuk mengatasi bakteri-bakteri penyebab.

Dari suatu studi pada anak-anak menunjukkan bahwa meropenem mempunyai sifat-sifat farmakokinetik yang mirip antara anak-anak dan dewasa. Waktu paruh meropenem ± 1,5 - 2,3 jam pada anak-anak di bawah umur 2 tahun dan profil farmakokinetik tersebut bersifat linier dengan rentang dosis 10 - 40 mg/kg BB. Studi farmakokinetik pada penderita dengan insufisiensi ginjal menunjukkan klirens meropenem plasma berkorelasi dengan klirens kreatinin. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal perlu penyesuaian dosis.

Studi farmakokinetik pada orang tua menunjukkan penurunan klirens meropenem plasma yang berkorelasi dengan usia seiring dengan penurunan klirens kreatinin. Studi lain menunjukkan bahwa penyakit hati tidak mempengaruhi profil farmakokinetik meropenem.

Data studi keamanan pre-klinik
Pada studi hewan menunjukkan bahwa meropenem dapat ditoleransi dengan baik oleh ginjal, efek nefrotoksik terjadi dengan dosis tinggi (500 mg/kg BB). Efek toksik pada SSP berupa kejang pada tikus dan muntah pada anjing terjadi dengan dosis › 2000 mg/kg BB.
LD50 pada tikus / rodent melalui penyuntikan i.v. adalah 2000 mg/kg BB. Hasil dari studi pada anjing dengan dosis berulang (sampai dengan 6 bulan) hanya terjadi efek samping ringan termasuk sedikit penurunan sel darah merah dan peningkatan berat organ hati dengan dosis 500 mg/kg BB. Tidak terdapat bukti efek mutagenitas dalam 5 studi dan tidak terdapat bukti efek toksik pada fungsi reproduksi dan teratogenesitas dengan dosis tinggi pada tikus dan monyet; tidak terdapat pengaruh terhadap berat badan F1 pada tikus dengan dosis 120 mg/kg BB. Terdapat peningkatan kasus aborsi pada monyet dengan dosis 500 mg/kg melalui studi preliminari.
Tidak terdapat bukti terjadinya peningkatan sensitivitas terhadap meropenem pada hewan yuvenil dibandingkan dengan hewan dewasa.
Formulasi intravena dapat ditoleransi melalui studi pada hewan.

INDIKASI
Meropenem i.v, diindikasikan untuk dewasa dan anak-anak yang mengalami infeksi kuman baik tunggal maupun multipel yang sensitif terhadap meropenem:
  • Pneumonia dan nosokomial pneumonia 
  • Infeksi saluran kemih (ISK).
  • Infeksi intra-abdomen.
  • Infeksi ginekologis, antara lain endometritis. 
  • Infeksi kulit dan struktur kulit.
  • Meningitis.
  • Septikemia.
  • Pengobatan empirik, pada penderita dewasa yang diduga infeksi dengan gejala neutropenia febris, digunakan sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan antivirus atau antijamur. Meropenem terbukti efektif sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan antimikroba lain pada pengobatan infeksi polimikrobial. Belum ada bukti pada penderita anak-anak yang mengalami neutropenia atau imunodefisiensi primer atau sekunder.

KONTRAINDIKASI
Pada penderita yang menunjukkan reaksi hipersensitif terhadap meropenem.

POSOLOGI 
Dewasa
Dosis dan durasi ditentukan berdasarkan tipe, tingkat keparahan, dan kondisi penderita.
Dosis yang direkomendasikan adalah:
  • 500 mg i.v. setiap 8 jam untuk kasus pneumonia, ISK, infeksi ginekologis misalnya endometritis, infeksi kulit dan struktur kulit 
  • 1 g i.v, setiap 8 jam pada kasus pneumonia nosokomial, peritonitis, penderita yang diduga infeksi dengan gejala neutropenia, septikemia 
  • 2 g i.v. setiap 8 jam untuk kasus meningitis.
  • Seperti antibiotik lain, meropenem direkomendasikan sebagai terapi antibiotik tunggal untuk penderita yang didiagnosis atau dicurigai mengalami infeksi saluran nafas bawah yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa dengan kondisi kritis.
  • Uji sensitivitas yang regular direkomendasikan pada pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa.

Dosis pada penderita dewasa dengan gangguan fungsi ginjal.
Dosis harus dikurangi pada penderita dengan klirens kreatinin kurang dari 51 ml/menit, yaitu:

Klirens kreatinin 
(ml/menit)
Dosis 
(berdasarkan unit dosis 500 mg, 1 g , 2 g)
Frekuensi
26 - 501 unit dosissetiap 12 jam
10 - 251 - ½ unit dosissetiap 12 jam
‹ 101 - % unit dosissetiap 24 jam

Meropenem akan dibersihkan melalui hemodialisis, karena itu bila akan menggunakan meropenem pada penderita yang akan atau sedang menjalani hemodialisis dianjurkan untuk menyesuaikan dosis (sesuai dengan tingkat keparahan infeksi) untuk mencapai kadar plasma yang diharapkan. Sedangkan penderita dengan peritoneal dialisis belum terdapat data atau pengalaman

Dosis pada penderita dewasa dengan insufisiensi hati
Pada penderita yang mengalami insufisiensi hati tidak memerlukan penyesuaian dosis.

Penderita lanjut usia
Pada penderita lanjut usia dengan fungsi ginjal normal atau klirens kreatinin di atas 50 ml/menit tidak memerlukan penyesuaian dosis

Anak-anak
Untuk penderita berumur 3 bulan -12 tahun, dosis yang dianjurkan adalah 10 - 20 mg/kg BB setiap 8 jam tergantung dari jenis dan tingkat keparahan infeksi, kepekaan kuman penyebab, dan kondisi penderita. Anak dengan berat badan lebih dari 50 kg dapat menggunakan dosis dewasa. Pada anak yang menderita meningitis, dosis yang direkomendasikan adalah 40 mg/kg BB setiap 8 jam. Tidak ada data atau pengalaman tentang penggunaan meropenem untuk anak-anak yang menderita penyakit ginjal.

Cara penggunaan
Meropenem i.v. dapat diberikan sebagai injeksi bolus intravena kurang lebih dalam 5 menit atau sebagai infus intravena kurang lebih dalam 15 - 30 menit.
Untuk penggunaan injeksi bolus i.v., meropenem i.v. direkonstitusi dengan 20 ml air steril untuk injeksi (konsentrasi 250 mg/5ml )
Larutan mengandung kurang lebih 50 mg/ml. Larutan hasil rekonstitusi bersifat jernih, tidak berwarna, atau berwarna kuning muda yang jernih. Untuk penggunaan infus, meropenem i.v. direkonstitusi dengan cairan infus yang kompatibel atau sesuai (50 - 200 ml).

PERINGATAN DAN PERHATIAN
Terdapat beberapa bukti klinis dan laboratorium menunjukkan adanya alergi silang yang bersifat parsial antara karbapenem lain dengan antibiotik β-laktam, yaitu penisilin dan sefalosporin. Walaupun jarang terjadi tetapi ada laporan tentang timbulnya reaksi hipersensitivitas akibat meropenern. Sebelum memberikan meropenem, harus diketahui riwayat hipersensitif terhadap antibiotik golongan &bta;-laktam.
Meropenem harus diberikan dengan hati-hati pada penderita yang memiliki riwayat alergi. Jika terjadi reaksi alergi terhadap meropenem, pemberian obat harus dihentikan dan dilakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasinya.
Pemberian meropenem pada penderita dengan penyakit hati harus disertai dengan memonitor kadar transaminase dan bilirubin darah. Seperti halnya pada antibiotik lain, dapat terjadi pertumbuhan yang berlebihan mikroorganisme yang tidak peka, karena itu sebaiknya dilakukan pengamatan terus-menerus pada setiap penderita
Tidak direkomendasikan untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococci yang resisten terhadap metisitin (MRSA).
Harus dipertimbangkan dengan seksama bila akan diberikan pada penderita yang mempunyai keluhan pada gastrointestinal, khususnya kolitis karena terdapat insiden efek samping kolitis pseudo-membranosa, walaupun jarang. Perlu diwaspadai akan kolitis pseudo-membranosa bila terjadi diare akibat penggunaan meropenem. Walaupun beberapa studi menyatakan bahwa toksin yang diproduksi oleh Clostridium difficile merupakan salah satu penyebab utama hubungan antara antibiotik dengan kolitis, penyebab lain juga harus dipertimbangkan. Penggunaan kombinasi meropenem dengan antibiotik lain yang berpotensi nefrotoksik harus dipertimbangkan dengan seksama.

Penggunaan pada pediatrik
Meropenem tidak direkomendasikan pada bayi di bawah umur 3 bulan karena belum terdapat data tentang efikasi dan tolerabilitas untuk bayi berumur tersebut. Belum ada data dan pengalaman untuk anak-anak yang menderita penyakit hati dan ginjal.

Kehamilan
Belum ada data tentang pemberian meropenem pada perempuan hamil. Melalui studi preklinik tidak terjadi efek samping pada fetus hewan percobaan. Efek samping yang timbul adalah meningkatnya insidensi keguguran pada monyet yang kemungkinan 13 kali lipat akan terjadi pada manusia.

Meropenem tidak dianjurkan untuk diberikan pada perempuan hamil kecuali setelah melalui pertimbangan mengenai resiko dan keuntungan penggunaan obat tersebut pada janin. Pada setiap kasus harus melalui pertimbangan langsung oleh dokter.

Menyusui
Meropenem terdeteksi dengan konsentrasi rendah pada air susu hewan percobaan. Karena itu meropenem tidak dianjurkan diberikan pada perempuan menyusui kecuali setelah mempertimbangkan dengan seksama potensi resiko dibandingkan dengan keuntungannya pada bayi


Efek terhadap tingkat kewaspadaan
Tidak terdapat data tentang pengaruh meropenem pada kemampuan atau tingkat kewaspadaan saat berkendaraan atau mengoperasikan mesin.

EFEK SAMPING
Efek samping yang serius jarang terjadi. Selama uji klinik insidensi efek samping yang dilaporkan terjadi adalah:
  • Reaksi lokal di area injeksi i.v.: inflamasi, tromboflebitis, nyeri pada daerah suntikan.
  • Reaksi alergi sistemik: insiden ini jarang terjadi berupa angioedema dan manifestasi anafilaksis sebagai reaksi hipersensitivitas selama pemberian meropenem.
  • Reaksi kulit: rash, pruritus, urtikaria.
  • Insiden yang jarang terjadi adalah eritema multiforme, sindroma Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik.
  • Gastro-intestinal: nyeri abdomen, mual, muntah, diare, dan kolitis pseudomembran.
  • Darah: trombositaemia reversibel, eosinofilia, trombositopenia, leukopenia, dan neutropenia (termasuk yang sangat jarang adalah agranulositosis). Hasil positif langsung maupun tidak langsung dari tes Coomb's dapat terjadi pada beberapa subyek, juga ada laporan mengenai penurunan parsial waktu tromboplastin.
  • Fungsi hati: dapat terjadi peningkatan kadar bilirubin, transaminase, fosfatase alkali, dan LDH serum, baik sendiri-sendiri maupun kombinasi. Susunan saraf pusat sakit kepala, paraestesia. Terdapat laporan tentang kejadian kejang walaupun hubungannya dengan meropenem belum dapat diketahui pasti.
  • Lain-lain kandidiasis oral dan vagina.

INTERAKSI OBAT
Probenesid menghambat sekresi meropenem yang berakibat terjadi peningkatan waktu paruh dan kadar meropenem dalam darah. Karena potensi dan lama kerja meropenem cukup adekuat, maka tidak direkomendasikan pemberian bersama probenesid.
Ikatan protein plasma meropenem cukup rendah yaitu ± 2% sehingga tidak ada interaksi dengan senyawa lain yang mempengaruhi ikatan plasma. Walaupun belum ada data spesifik mengenai interaksi meropenem dengan pengobatan lain, berdasarkan pengalaman tidak terjadi efek samping akibat interaksi farmakologi meropenem dengan obat lain.

OVERDOSIS
Kejadian overdosis dapat terjadi selama terapi, khususnya pada penderita dengan kerusakan ginjal. Terapi overdosis harus secara simptomatis. Pada individu normal eliminasi ginjal dengan cepat akan terjadi, pada subyek dengan kerusakan ginjal hernodialisis akan membuang meropenem dan metabolitnya.

SIFAT-SIFAT FARMASETIKAL
SIMPENEM® tidak boleh dicampur dengan atau ditambahkan dengan obat lain.
SIMPENEM® kompatibel dengan cairan infus:
0,9% cairan natrium klorida, 5% atau 10% cairan glukosa, 5% cairan glukosa dengan 0,02% natrium bikarbonat, 0,9% natrium klorida dan 5% cairan glukosa, 5% glukosa dengan 0,225% cairan natrium klorida, 5% glukosa dengan 0,15% cairan kalium klorida, manitol 2,5% atau cairan 10%.

KEMASAN
SIMPENEM® serbuk injeksi 1 g: kotak @ 1 vial @ 1 g.
No. Reg. DKL 0928204644A1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Simpan di tempat sejuk (15 -25 °C) dan kering.

Setelah direkonstitusi, larutan stabil selama 2 jam pada suhu di bawah 25 ° C dan selama 12 jam bila disimpan dalam lemari es.

Diproduksi oleh
PT LAPI LABORATORIES
Serang - Indonesia

untuk:
PT SIMEX PHARMACEUTICAL INDONESIA
Sukabumi - Indonesia

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔