Kapsul
Komposisi:
Tiap kapsul mengandung: Itraconazole 100 mg
Farmakologi:
Itraconazole merupakan senyawa triazol, mempunyai aktivitas antifungal yang kuat dengan spektrum luas, Itraconazole bekerja dengan cara mengikat pada enzim sitokrom P-450 jamur, sehingga menimbulkan penghambatan pada sintesis ergosterol dan gangguan permeabilitas membran jamur.
Itraconazole diabsorpsi melalui saluran cerna, dengan kadar puncak dicapai dalam 1,5 - 3 jam setelah pemberian per oral, 95% terikat dengan protein plasma dan didistribusi secara luas dalam tubuh.
Waktu paruh eliminasinya 20 jam pada pemberian tunggal dan memanjang (30 jam) pada pemberian ulang.
Itraconazole dimetabolisme dalam hati dan selanjutnya diekskresi melalui empedu dan urin.
Indikasi:
Terapi jangka pendek untuk: kandidiasis vulvovaginal, pitiriasis versikolor, dermatomikosis, keratitis fungal dan kandidiasis mulut.
Terapi jangka panjang: untuk pengobatan onikomikosis dan mikosis sistemik seperti aspergillosis, kandidiasis, cryptococcosis (termasuk cryptococcal meningitis), histoplasmosis, sporotrikosis, paracoccidioidomycosis, blastomikosis sistemik.
Kontraindikasi:
- Selama kehamilan, bilamana itraconazole diberikan pada masa subur, wanita tersebut harus disertai dengan pencegahan kehamilan, yang pemberiannya diteruskan selama satu siklus haid setelah terapi dihentikan
- Pada mereka yang hipersensitif terhadap obat dan bahan pengisi obat ini serta golongan triazol lain
Dosis yang dianjurkan untuk:
1. | Infeksi jamur superfisial. 100 mg, 1 kali sehari pada waktu makan. | ||
Lama pengobatan tergantung pada jenis infeksinya | |||
- T. korporis / kruris dan kandidiasis mulut | : | 15 hari | |
- T. pedis/ manus | : | 30 hari | |
Sedangkan dosis 200 mg, 1 kali sehari, | |||
- Pitiriasis versikolor | : | 7 hari | |
- Kandidiasis vaginal | : | 3 hari | |
- Keratitis fungal | : | 3 minggu | |
2. | Terapi jangka panjang: dosis yong dianjurkan bervariasi tergantung dari infeksi yang diobati. |
Indikasi
|
Dosis
|
Lama pengobatan
|
Keterangan
|
Aspergillosis | 200 mg, 1 x sehari | 2 - 5 bulan | bila kasus bersifat invasif atau diseminata, naikkan dosis menjadi 2 x sehari |
Kandidiasis | 100-200 mg, 1 x sehari | 3 minggu - 7 bulan | |
Non-meningeal Cryptococcosis | 200 mg, 1 x sehari | 2 bulan - 1 tahun | Terapi penunjang (kasus meningeal) 200 mg, 1 x sehari |
Cryptococcal meningitis | 200 mg, 1 x sehari | ||
Histoplasmosis | 200 mg, 1 x sehari atau 200 mg, 2 x sehari | 8 bulan | |
Sporotrikosis | 100 mg, 1 x sehari | 3 bulan | |
Paracoccidioidomycosis | 100 mg, 1 x sehari | 6 bulan | |
Blastomikosis | 100 mg, 1 x sehari sampai 200 mg, 2 x sehari | 6 bulan |
Efek samping:
Efek samping pada terapi jangka pendek.
Efek sampingnya antara lain: pada beberapa penderita (6%) dapat terjadi gangguan: mual (1 ,38%), sakit perut (1,2%), sakit kepala (1,0%), pusing (0,8%) dan dispepsia (0,7%). Pruritus. rash, urtikaria, angioedema dan peningkatan enzim hati yang reversibel juga dilaporkan. Kasus sindroma Stevens-Johnson yang sangat jarang telah dilaporkan.
Efek samping terapi jangka panjang: pada pasien yang sebagian besar penderita penyakit lain yang berat dan diobati dengan bermacam-macam obat. maka kejadian efek samping akan lebih tinggi (16,12%). Efek samping yang sering dilaporkan adalah saluran cerna (6,1 %). Seperti juga pada terapi jangka pendek telah dilaporkan, kasus hipokalemia, edema, peningkatan enzim hati yang reversibel, hepatitis, rambut rontok. Pada kasus yang sangat jarang, neuropati perifer telah dilaporkan, biasanya terjadi pada pengobatan Jangka panjang pasien-pasien compromised.
Peringatan dan perhatian:
- Itraconazole terutama dimetabolisme dalam hati. Walaupun dalam penelitian tidak ditemukan gangguan fungsi hati, namun dianjurkan untuk tidak memberikan obat pada penderita yang pernah menderita penyakit hati atau pasien yang pernah menderita hepatotoksisitas dengan obat-obat lain.
- Ibu yang menyusui, tidak dianjurkan untuk menyusui selama pengobatan dengan Itraconazole.
- Penggunaan pada pediatri: Itraconazole belum dipelajari secara teliti, oleh karena itu jangan digunakan pada pasien-pasien pediatrik.
- Fungsi ginjal yang tidak normal, Pada pasien dengan fungsi ginjal yang tidak normal tidak dlperlukan penyesuaian dosis. Bila terjadi neuropati, pengobatan harus dihentikan
- Dapat terjadi interaksi dengan cyclosporine A, warfarin dan digoksin.
- Apabila pada masa pengobatan timbul gejala-gejala seperti: anoreksia, mual, muntah, lelah, sakit pada abdomen atau urin berwarna gelap, maka harus dilakukan monitor ketat terhadap enzim hati dan bila ada kelainan, pengobatan harus dihentikan.
Interaksi obat:
- Pemberian rifampisin, fenitoin bersama itraconazole dapat menurunkan kadar itraconazole dalam plasma.
- Penggunaan bersama antasid, adsorben, atau histamin H2-antagonis dapat menurunkan absorpsi itraconazole.
- Metabolismenya dipercepat oleh rifampicin.
- Dapat terjadi interaksi dengan cyclosporine A, warfarin dan digoksin
Kemasan dan nomor registrasi:
Kotak, 3 blister @ 10 kapsul; DKL0534602901A1
HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
SIMPAN PADA SUHU DI BAWAH 30°C,
TERLINDUNG DARI CAHAYA.
Diproduksi oleh
PT DEXA MEDICA
Palembang -Indonesia
Untuk
PT FERRON PAR PHARMACEUTICALS
Cikarang lndonesia
Dipasarkan oleh
inmark
0 Komentar
Penulisan markup di komentar