loading...

Ferzobat Injeksi

13:00
FERZOBAT®
SERBUK INJEKSI

KOMPOSISI:
Tiap vial berisi :
Cefoperazone sodium setara dengan Cefoperazone ................................. 1,0 g

KHASIAT:
Cefoperazone adalah antibiotika semi sintesis golongan sefalosporin generasi ketiga. Cefoperazone mempunyai spektrum yang luas dengan sifat bakterisidal, bekerja dengan menghambat sintesis mukopeptida dinding sel bakteri. Cefoperazone sangat stabil terhadap sebagian besar beta-laktamase yang penting secara klinis yang diproduksi oleh organisme Gram-negatif. Cefoperazone terbukti aktif secara in-vitro melawan organisme-organisme berikut ini:
  • Gram-negatif: Citrobacter diversus, C. freundii, Enterobacter aerogenes, E. cloacae, Escherichia coli, Klebsiella oxytoca, K. pneumoniae, Morganella morganii (dulu Proteus morganii), Proteus mirabilis, P. vulgaris, Providencia rettgeri (dulu Proteus rettgeri), Providencia sp., Salmonella sp., Shigella sp., Yersinia enterocolitica, Haemophilus influenzae (termasuk strain yang resisten terhadap Ampicilin), Neisseria gonorrhoeae (termasuk strain penghasil penisilinase), Neisseria meningitidis, Pseudomonas aeruginosa, Serratia sp. (termasuk Serratia marcescens)
  • Gram-positif: Staphylococcus aureus (termasuk strain penghasil penisilinase dan nonpenisilinase), Staphyloccus epidermidis, Streptococcus pneumoniae (dulu Diplococcus pneumoniae), Enterococci faecalis (dulu Streptococcus faecalis), Str. faecium, Str. durans, Str. pyogenes (grup A β-hemolytic streptococci), Str. agalactiae (grup B β-hemolytic streptococci).
  • Bakteri anaerob: Bifidobacterium, Eubacterium, Fusobacterium, cocci Gram-positif (termasuk Peptococcus dan Peptostreptococcus), Propionibacterium, Veillonella, Clostridium difficile, Bacteroides sp., B. fragilis.

INDIKASI:
Cefoperazone diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan organisme yang sensitifterhadap Cefoperazone pada:
-Infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.
-Infeksi peritonitis dan intra-abdominal lainnya.
-Septikemia bakterial.
-Infeksi kulit dan jaringan lunak.
-Pelvic inflammatory disease, endometritis, dan infeksi lainnya pada saluran genital wanita.
-Infeksi saluran urin.
-Infeksi Pseudomonas:
Meskipun secara in-vitro Cefoperazone aktif terhadap beberapa strain Pseudomonas aeruginosa dan lebih aktif terhadap organisme ini daripada sefalosporin lain, Cefoperazone bukan merupakan obat pilihan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa. Hal ini disebabkan karena beberapa strain Pseudomonas aeruginosa hanya sensitif terhadap Cefoperazone dalam dosis tinggi. Penggunaan bersama aminoglikosida dianjurkan untuk pengobatan infeksi karena Pseudomonas aeruginosa dengan harus disertai pengamatan fungsi ginjal, terutama pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
-Profilaksis perioperatif :
Cefoperazone telah digunakan untuk profilaksis perioperatif dalam jumlah yang terbatas pada penderita yang menjalani histerektomi abdominal atau pembedahan bypass arteri koronaria. Namun suatu penelitian menunjukkan bahwa Cefoperazone tidak lebih efektif daripada sefalosporin generasi pertama atau generasi kedua untuk profilaksis perioperatif. Beberapa ahli meyakini bahwa Cefazolin, Cefotetan, atau Cefoxitin lebih baik dipakai bila suatu antibiotika sefalosporin diperlukan untuk profilaksis perioperatif, dan sefalosporin generasi ketiga sebaiknya tidak digunakan karena harganya yang mahal, kurang aktif daripada Cefazolin terhadap Staphylococci, mempunyai spektrum aktifitas yang lebih luas dari yang diperlukan untuk organisme yang terdapat dalam suatu pembedahan, dan penggunaannya pada suatu tindakan profilaksis meningkatkan munculnya organisme yang resisten.

KONTRAINDIKASI :
Penderita yang hipersensitif terhadap antibiotika sefalosporin.

EFEK SAMPING :
Efek samping yang terjadi meliputi:
-Reaksi alergi
Reaksi hipersensitivitas meliputi: ruam kulit, demam, eosinofilia, urtikaria, pruritus pada kurang dari 2% penderita yang menerima Cefoperazone. Hasil positif terhadap uji Coombs' juga pernah dilaporkan meskipun jarang, namun tidak jelas apakah ini adalah suatu reaksi imunologi. Jika terjadi reaksi hipersensitif berat pada penderita selama pengobatan, maka pemberian obat harus segera dihentikan dan diberikan terapi yang memadai (misalnya dengan epinephrine, kortikosteroid, suplai udara dan oksigen yang mencukupi).
-Efek hematologi
Penurunan kadar hemoglobin dan nilai hematokrit dalam jumlah sedikit telah dilaporkan terjadi pada kurang dari 5% penderita yang menerima Cefoperazone. Neutropenia reversibel juga pernah dilaporkan terjadi pada kurang dari 2% penderita yang menerima pengobatan Cefoperazone dalam jangka panjang. Cefoperazone menyebabkan hipoprotrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan), defisiensi Vitamin K. Defisiensi Vitamin K ini berkaitan dengan induksi Cefoperazone pada pengurangan bakteri penghasil Vitamin K dalam saluran cerna.
Resiko hipoprotrombinemia dan pendarahan dilaporkan lebih sering terjadi pada penderita geriatrik, penderita debil, penderita dengan gangguan renai, dan operasi saluran cerna. Hal tersebut dapat kembali normal dengan pemberian Vitamin K.
-Efek pada saluran cerna
Efek meliputi diare, mual, dan muntah. Diare terjadi pada 0,5% - 7% penderita yang menerima pengobatan.
-Efek pada hepar
Efek yang ringan berupa peningkatan kadar serum AST (SGOT), ALT (SGPT), dan alkalin fosfatase dalam serum dilaporkan terjadi pada 5% - 10% penderita yang menerima Cefoperazone. Peningkatan ini tidak menunjukkan adanya gangguan funqsi hepar dan dapat mengalami penurunan kembali seperti sebelum pengobatan jika pemberian Cefoperazone dihentikan.
-Efek pada ginjal
Peningkatan sementara nitrogen urea darah (BUN) dan kadar kreatinin serum pada 6% penderita yang menerima Cefoperazone.
-Efek lokal
Nyeri sementara pada lokasi penyuntikan terdapat pada 0,7% - 2% penderita yang menerima obat secara I.M., dan phlebitis terdapat pada 0,8% - 2% penderita yang menerima obat secara I. V..
-Efek samping lainnya, seperti : sakit kepala, pening, tremor, dan demam telah dilaporkan meskipun jarang pada penderita yang menerima Cefoperazone.


PERINGATAN/PERHATIAN:
-Sebelum pemberian awal terapi dengan Cefoperazone harus dilakukan penyelidikan hipersensitivitas penderita terhadap sefalosporin, Penicillin, atau obat yang lain. Cefoperazone dikontraindikasikan pada penderita yang hipersensitif pada obat ini atau golongan sefalosporin yang lain. Penggunaan Cefoperazone pada penderita yang hipersensitif terhadap Penicillin harus dilakukan dengan hati-hati dan sebaiknya tidak digunakan pada penderita dengan reaksi hipersensitif anafilaksis terhadap Penicillin. Antibiotika juga harus diberikan dengan hati-hati pada penderita yang mempunyai riwayat alergi, terutama terhadap obat.
-Penggunaan Cefoperazone dalam jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih dari organisme yang tidak sensitif sehingga perlu dilakukan pengamatan yang seksama. Jika terjadi supra infeksi atau superinfeksi maka terapi yang tepat perlu diberikan.
-Cefoperazone harus diberikan dengan hati-hati pada penderita dengan riwayat penyakit saluran pencernaan, kolitis partikular.
-Karena diare yang berkaitan dengan Clostridium difficile dan kolitis pernah dilaporkan dalam penggunaan sefalosporin, maka harus dipertimbangkan diagnosis diferensial pada penderita yang mengalami peningkatan diare selama terapi dengan Cefoperazone.
-Meskipun jarang, ditemukannya hipoprotrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan) dan defisiensi Vitamin K menyebabkan perlunya pengamatan waktu protrombin pada penderita yang mendapat prolonged enteral atau parenteral hyperalimentation, atau pada penderita dengan status nutrisi yang jelek, kondisi malabsorbsi (misal: cystic fibrosis), atau ketergantungan pada alkohol. Pemberian Vitamin K harus dilakukan jika diperlukan. Penggunaan Vitamin K diperlukan pada penderita geriatrik, penderita debil penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan/atau hepar.
-Penderita tidak diperbolehkan mengkonsumsi alkohol selama pengobatan dan 72 jam setelah pemberian Cefoperazone.
-Kadar Cefoperazone dalam serum meningkat atau menjadi lebih lama dalam tubuh pada penderita dengan gangguan fungsi hepar atau gangguan empedu, sehingga kadar Cefoperazone dalam serum harus diamati pada pemberian dosis lebih dari 4 gram sehari. Kadar Cefoperazone dalam serum juga harus diamati pada penderita dengan gangguan fungsi hepar dan ginjal yang menerima obat lebih dari 1 - 2 gram sehari. Meskipun modifikasi dosis Cefoperazone umumnya tidak diperlukan pada penderita gangguan fungsi ginjal, kadar Cefoperazone dalam serum harus diamati jika dosis tinggi digunakan, dan dilakukan pengurangan dosis jika terjadi akumulasi obat.
-Cefoperazone tidak menunjukkan efek mutagenik dalam tingkat kromosom dan subkromosom pada studi dengan hewan dan in-vitro. Penelitian mengenai efek karsinogenik Cefoperazone belum dilakukan.
-Keamanan penggunaan Cefoperazone pada anak-anak belum diketahui.
-Injeksi I.M. yang menggunakan pelarut bakteriostatik air untuk injeksi mengandung Benzyl alcohol tidak boleh digunakan pada neonatus.
-Tidak ada data yang cukup dan penelitian yang memadai mengenai penggunaan Cefoperazone pada wanita hamil, sehingga penggunaannya hanya pada kondisi benar-benar diperlukan.
-Cefoperazone juga terdistribusi di air susu ibu, sehingga sebaiknya jangan digunakan pada ibu menyusui.
-Cefoperazone dan antibiotika golongan sefalosporin lainnya dapat menyebabkan reaksi positif semu pada uji glukosa dalam urin menggunakan larutan Copper sulfate (reagen Benedict, Fehling, Clinitest®)


INTERAKSI OBAT:
-Alkohol
Reaksi mirip Disulfiram ditandai dengan sakit kepala, mual, muntah, rasa cemas disertai keringat, takikardia, bila alkohol dikonsumsi kurang dari 72 jam setelah pemberian Cefoperazone.
-Aminoglikosida
Dalam suatu studi in-vitro didapatkan bahwa aktivitas antibakteri Cefoperazone dan aminoglikosida meningkat atau mempunyai efek sinergis melawan bacillus Gram-negatif (termasuk Pseudomonas aeruginosa dan Serratia marcescens), namun efek sinergisnya tidak dapat diduga. Penggunaan bersama dengan aminoglikosida juga dapat meningkatkan resiko nefrotoksis selama terapi, sehingga periu dilakukan pengamatan fungsi ginjal.
-Clavulanic acid
Dalam studi in-vitro, penggunaan Cefoperazone dan inhibitor β-laktamase menunjukkan efek sinergis terhadap Enterobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Bacteroides fragilis.
-Sulbactam
Dalam studi in-vitro, pengunaan kombinasi ini menunjukkan efek sinergis dalam sifat bakterisida terhadap beberapa strain β-laktamase, baik yang dihasilkan oleh bakteri Gram-negatif maupun Gram-positif, meliputi Staphylococcus, Escherichia coli, Proteus, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter, dan Bacteroides. Kombinasi antara Cefoperazone dan Sulbactam (1:1) mempunyai sifat efektif dalam penggunaan parenteral untuk terapi infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran urin, infeksi kulit maupun struktur kulit yang disebabkan karena bakteri penghasil β-laktamase meliputi Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli, Enterobacter, Klebsiella, dan Pseudomonas.

ATURAN PAKAI:
Dewasa:
Dosis dewasa untuk Cefoperazone 2 - 4 gram/ hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam. Pada infeksi yang berat atau infeksi oleh organisme yang kurang sensitif maka jumlah dosis harian atau frekuensi dapat ditingkatkan mencapai 6 - 12 gram/ hari dalam dosis terbagi 2, 3, atau 4 kali pemberian.
Pada studi farmakokinetik, pemberian dosis hingga 16 gram/ hari melalui infusi I. V. continuous tidak menimbulkan komplikasi.

Anak-anak:
Meskipun keamanan penggunaan Cefoperazone pada anak-anak di bawah 12 tahun belum diketahui dengan pasti, beberapa klinisi merekomendasikan pemberian dosis 100 - 150 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2 atau 3 kali untuk pengobatan infeksi ringan sampai berat pada anak-anak berusia lebih dari satu bulan.

Lama terapi:
Jangka waktu terapi Cefoperazone tergantung pada jenis infeksi yang diobati, tapi pada umumnya selama 48 jam - 72 jam setelah demam penderita hilang atau terdapat bukti bahwa penyembuhan infeksi telah tuntas.
Meskipun penggunaan antibiotika lain untuk infeksi karena Streptococcus pyogenes (grup A β-hemolytic streptococci) lebih baik, jika penggunaan Cefoperazone dilakukan maka terapi harus dilanjutkan paling tidak selama 10 hari untuk mengurangi resiko demam rematik atau glomerulonefritis.

Pada kondisi gangguan fungsi hepar dan ginjal:
Pada penderita dewasa dengan kondisi gangguan penyakit hepar atau gangguan biliary, dosis Cefoperazone sebaiknya jangan melebihi 4 gram/ hari. Jika penggunaan dosis yang lebih tinggi digunakan maka harus dilakukan pemantauan kadar Cefoperazone dalam serum.
Perubahan dosis cefoperazone pada penderita gangguan fungsi ginjal pada umumnya tidak diperlukan, namun jika dosis tinggi digunakan maka pengamatan kadar serum Cefoperazone harus dilakukan dan jika terjadi akumulasi obat di dalam tubuh maka dosis harus dikurangi.
Pada penderita dewasa dengan gangguan fungsi hepar dan ginjal, dosis Cefoperazone jangan melebihi 1 - 2 gram / hari, kecuali sudah dilakukan pengamatan kadar obat dalam serum.
Pada penderita yang melakukan hemodialisis, meskipun waktu paruh serum hanya berkurang sedikit, pemberian dosis regimen Cefoperazone harus diberikan pada waktu akhir suatu periode dialisis.

CARA PEMBERIAN :
Cefoperazone sodium dapat diberikan secara infusi I.V. atau injeksi I.M.. Injeksi I.V, langsung Cefoperazone tidak direkomendasikan meskipun pada beberapa penelitian obat ini dapat diinjeksikan secara langsung pada vena selama 3 - 5 menit. Serbuk injeksi Cefoperazone harus direkonstitusi dengan larutan I.V. yang kompatibel. Larutan rekonstritusi didiamkan beberapa saat agar buih yang terbentuk hilang dan memudahkan pemeriksaan obat telah terlarut secara sempurna. Pengocokan yang kuat dan lama diperlukan untuk melarutkan Cefoperazone dalam kadar lebih dari 333 mg/ml.

Infusi I.V.:
Untuk infusi I.V. intermittent, 1 gram Cefoperazone direkonstitusi dengan pelarut I.V. kompatibel sedikitnya 2,8 ml. Volume pelarut yang direkomendasikan adalah 5 ml. Seluruh larutan yang dihasilkan tersebut diambil dari vial dan diencerkan dengan 20 - 40 ml pelarut I.V. kompatibel. Infusi intermittent Cefoperazone harus diberikan selama 15 -30 menit.
Untuk infusi I.V. continuous, hasil rekonstitusi Cefoperazone diencerkan lebih lanjut hingga didapatkan kadar akhir 2 - 25 mg/ml. Jika aminoglikosida diberikan bersamaan dengan Cefoperazone, obat tersebut harus diberikan pada tempat yang terpisah.

Injeksi I.M.:
Meskipun air untuk injeksi (dengan atau tanpa bakteriostatik) atau larutan I.V. lain yang kompatibel dapat digunakan tersendiri sebagai pelarut untuk injeksi I.V. Cefoperazone, larutan yang lebih dianjurkan untuk digunakan sebagai pelarut injeksi I.M. dengan kadar akhir 250 mg/ml atau lebih adalah larutan Lidocaine HCl. Pembuatan larutan injeksi I.M. dengan kadar akhir 250 mg/ml atau lebih dapat dilakukan dengan prosedur dua langkah sebagai berikut:

Kadar Akhir CefoperazoneLangkah 1 
Volume air untuk injeksi
Langkah 2 
Volume Lidocaine 2%
Volume terpindahkan
Vial 1,0 g250 mg/ml
333 mg/ml
2,8 ml
2 ml
1 ml
0,6 ml
4,0 ml
3,0 ml

Pada prosedur dua langkah, sejumlah tertentu air steril untuk injeksi ditambahkan ke dalam vial Cefoperazone dan dikocok hingga serbuk injeksi terlarut sempurna. Kemudian sejumlah tertentu larutan Lidocaine HCl 2% ditambahkan ke dalam vial hingga didapatkan larutan yang mengandung Lidocaine HCl 0,5%.
Sebagai alternatif, jika larutan Lidocaine HCl tidak digunakan sebagai pelarut, injeksi I.M. Cefoperazone dapat disiapkan dengan menambahkan 2,6 ml air steril untuk injeksi (dengan atau tanpa bakteriostatik) atau larutan I.V. kompatibel lainnya dalam vial Cefoperazone 1 gram sehingga diperoleh kadar 333 mg/ml. Atau ditambahkan 3,8 ml dari salah satu pelarut tersebut ke dalam vial untuk mendapatkan larutan dengan kadar 250mg/ml.
Injeksi I.M. yang disiapkan dengan menggunakan air bakteriostatik yang mengandung Benzyl alcohol tidak boleh digunakan untuk neonatus.

KEMASAN:
Kotak berisi 1 vial 1 g
Reg. No.: DKL0217618544A1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER 

SIMPAN DI BAWAH SUHU 25°C

TERLINDUNG DARI CAHAYA

Diproduksi oleh:
PT. Interbat
Jl. H.R.M. Mangundiprojo no. 1
Buduran, Sidoarjo-61252
Jawa Timur, Indonesia

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔